Belajar dari Tragedi

 


            Terlepas dari sudah berapa lama menuntut ilmu di bangku sekolah. Semua pelajaran yang dipelajari di sekolah menurutku hanya sekitar 30% yang bisa direalisasikan ke kehidupan nyata. Aku tidak berkata bahwa sekolah itu tidak penting. Tapi menurutku, pelajaran dan ilmu saat bersekolah bukan dari isi materi buku paket yang macam-macam dan tebal-tebal. Tapi dari keseharian kita berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekolah. Entah dengan teman, guru, pedagang kantin, pak satpam, bahkan terhadap kucing yang berkeliaran.

            Selama dua belas tahun di bangku sekolah, semua ilmu yang aku dapat ternyata hanya setitik kecil dari luasnya ilmu. Jangan bayangkan menuntut ilmu itu harus selalu depan papan tulis dan kita duduk di bangku. Ilmu itu dari mana saja. Bahkan ketika gerombolan semut datang ke setetes minuman tumpah, itu juga ilmu. Banyak yang bisa dipelajari dari hal terkecil yang selalu dianggap biasa saja.

            Semakin aku menuntut ilmu, aku merasa semakin bodoh. Aku bergumam “Oh, ternyata ilmuku baru sedikit. Hal seperti ini saja aku tidak tahu”. Dari situ aku mulai lagi mencari-cari hal yang terkait dengan ketidaktahuanku itu.

            Atau dari kejadian yang sama sekali tidak pernah terbayangkan dan tak pernah diinginkan sekali pun. Aku sungguh mendapat ilmu yang sangat banyak. Aku yakin, itu atas kehendak Allah. Allah telah mengatur skenario dengan baik. Jika di detik itu aku belum ada disitu, mungkin hal itu tidak akan terjadi. Jika saat itu aku berlari, mungkin hal itu tidak akan terjadi. Jika saat itu aku tidak naik busway, mungkin hal itu tidak akan terjadi.

            Sedikit penyesalan awalnya, tapi untuk apa? Semuanya sudah diatur oleh Sang Perencana. Dari apa yang telah aku alami aku semakin tahu lebih jauh mengenai penyakit traumatic. Bagaimana mengatasinya, kasus apa saja yang pernah terjadi, hal apa yang harus dilakukan ketika mengalami hal serupa lagi, dan tentunya harus lebih waspada lagi. Dan ternyata, tak semua orang itu baik.

        Aku terus saja menangis setelah kejadian itu. Bahkan sering sekali melamun dan sulit mengekspresikan diri. Selalu saja teringat setiap kejadian itu. Tiba-tiba menangis. Aku tak pernah menyangka bahwa trauma akan sesulit ini. Bahkan cara mengatasinya pun sulit sekali untuk aku lakukan. Aku jadi takut jalan sendiri. Aku takut keluar malam. Aku shock ketika suara motor mendekati ketika aku berjalan. Terasa berat sekali menjalani ini.

            Aku menggerutu dalam hati. Ya Allah kenapa harus Nuzula yang mengalami ini? Apa nuzula masih buruk? Apa Nuzula kurang menjaga pandangan dan aurat? Apa karena Nuzula tidak selalu mengingat-Mu? Apa yang sudah Nuzula lakukan sampai kejadian ini menimpa Nuzula? Semua pertanyaan dari segala kemungkinan aku ajukan. Aku merasa aku diperlakukan tidak adil karena aku merasa kalau aku sudah menjaga auratku sebaik-baiknya. Kurang apa aku? Aku sudah hijrah, aku sudah menjadi lebih baik. Apakah itu kurang Ya Allah?

            Aku langsung beristighfar. Kenapa aku ini? Aku malah tidak menerima kenyataan dan menuntut Allah. Aku merasa sangat berdosa saat itu. Aku menangis lagi. Aku takut. Aku takut mati dalam keadaan tidak baik. Aku takut semua amalku tidak mendapat Ridho Allah. Aku ingin diampuni dosaku. Aku ingin husnul khotimah. Aku ingin masuk syurga.

            Setelah kejadian itu, aku jadi bersyukur banyak sekali. Aku jadi berpikir kalau kejadian itu adalah cara Allah untuk menegurku. Cara Allah agar aku lebih dekat kepada-Nya. Karena setelah itu aku lebih mendekat kepada-Nya. Aku lebih khawatir akan kehidupan setelah mati. Aku lebih khawatir akan kehidupan yang kekal nanti.

            Aku mendapat banyak sekali ilmu dari kejadian ini. Banyak sekali hikmah yang aku dapatkan setelahnya. Menurutku, ilmu ini sangat-sangat berharga dari ilmu yang aku dapat di bangku sekolah. Ilmu yang membuatku berkaca diri. Ilmu yang membuatku ingin terus berubah menjadi yang lebih baik. Ilmu yang efeknya bukan hanya dirasakan di dunia, tapi sampai ke akhirat. Dan sungguh, ini ilmu yang tidak akan pernah bisa dibeli atau didapatkan di bangku sekolah.

            Dari kejadian buruk saja banyak sekali ilmu yang bisa diambil. Apalagi dari kejadian yang baik. Tapi terkadang, kita sendiri yang tak mau mengambil banyaknya pelajaran dari setiap kejadian.

            Memperhatikan setiap detik dari apa yang sedang kita alami merupakan suatu pelajaran yang harus kita ambil. Sayang sekali jika setiap detik itu tidak bermakna sama sekali. Apa yang nanti akan kamu pertanggungjawabkan di hadapan Allah jika setiap detik itu tidak bernilai ibadah atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali?

            Tulisanku ini sebenarnya untukku pribadi. Media untukku berkaca diri. Menasehati diri sendiri. Agar setiap detiknya bisa terus termotivasi. Untuk terus lebih baik lagi. Aamiin Allahumma Aamiin.

Comments

Popular Posts